Catatan Perjalanan :

Keliling Setengah Amerika

 

17.   Senja Di Brooklyn

 

Langit masih cerah dan matahari pun masih tinggi. Serasa belum puas kalau seharian tadi hanya sempat mengunjungi patung Liberty. Kami lalu memutuskan untuk ikut wisata malam. Untuk itu kami harus kembali berjalan kaki menuju ke tempat pemberangkatan bis wisata kota. Dengan jenis bis double decker yang sama, kami kembali memilih untuk duduk di dek atas. Kali ini cuaca agak lebih enak, karena jatuhnya cahaya matahari sudah agak condong.

 

Masih di hari Kamis, 6 Juli 2000, saat menjelang senja kami berkeliling menyusuri kota New York melalui rute yang berbeda dari pagi harinya. Meskipun saat itu waktu sudah menunjukkan sekitar jam 7:00 malam, tapi saya menyebutnya menjelang senja karena matahari baru akan tenggelam menjelang jam 9:00 malam. Daerah yang pertama kami kunjungi sore itu adalah Grand Central Terminal.

 

Grand Central Terminal ini adalah sebuah bangunan kuno yang terletak di jalan 42nd Street yang saat ini berfungsi sebagai pusat terminal atau stasiun kereta api. Di dalam bangunan tua tapi masih sangat terurus dengan baik ini terdapat sebuah ruangan yang luas dan berlangit-langit tinggi dengan arsitektur kuno yang tampak megah. Aula luas ini menjadi tempat ruang tunggu dan di bagian pinggirnya tempat penjualan tiket.

 

Dari aula luas ini terdapat lorong atau tangga naik maupun turun yang menghubungkan dengan lorong-lorong bawah tanah yang menuju ke berbagai jalur pelayanan subway maupun menuju ke sarana perkantoran atau pertokoan. Sarana perbelanjaan yang cukup besar dan lengkap memang juga tersedia di dalam stasiun ini.

 

Tujuan berikutnya adalah Greenwich Village. Dahulu tempat ini terkenal sebagai pusat kota Bohemian dan sebutan the Village terkenal dengan adanya restoran, toko cendera mata, toko buku, pameran seni dan teater, kafe dan klab malam. Greenwich Village ini identik dengan seni kontemporer masa depan (avant-garde), gaya hidup nyeleneh dan seniman-seniman yang hidupnya menderita, termasuk tempat transaksi obat-obat terlarang. Suasana khas itu kini masih bisa dirasakan jika kita berjalan menyusuri jalan-jalan di wilayah ini. Bagi yang berwisata bersama keluarga sebaiknya memang tidak melakukannya di saat malam hari.

 

Di bagian depan atau timur laut wilayah ini terdapat taman yang disebut Washington Square Park dimana dapat dijumpai sebuah tugu Plengkung Washington  (Washington Arch). Plengkung Washington yang berlokasi tepat di ujung selatan jalan Fifth Avenue ini dibangun pada tahun 1895 oleh Stanford White dari bahan marmer.

 

Tugu ini dibangun menandai seabad peringatan pelantikan presiden pertama Amerika, George Washington. Untuk menjaga keutuhannya, kini Plengkung Washington dipagar keliling, sehingga di bagian bawah plengkungnya tidak dapat dilewati sebagaimana Plengkung Gading di Yogya, misalnya.

 

***

 

Senja telah menjelang, ketika kami sampai di ujung barat jembatan Brooklyn. Kami memang akan menuju ke wilayah Brooklyn melalui sebuah jembatan yang juga bernama sama yang menghubungkan antara kecamatan Manhattan dan Brooklyn melintasi sungai Timur (East river). Selain jembatan Brooklyn, di sungai Timur ini juga melintas jembatan Manhattan dan Williamsburg. Di sebelah utaranya lagi ada jembatan Queensboro yang menghubungkan Manhattan dengan Queens.

 

Di samping beberapa jembatan, di bawah sungai Timur ini juga ada melintas dua buah terowongan, yaitu terowongan Brooklyn di sebelah selatan dan Queens Midtown di sebelah utara.

 

Selain dihubungkan melalui beberapa jembatan dan terowongan di sisi timur, wilayah Manhattan juga dapat dicapai dari sisi barat melalui beberapa terowongan di bawah sungai Hudson yang lebar. Antara lain terowongan Lincoln yang kami lewati saat pertama kali tiba di New York yang menghubungkan antara wilayah kota Union City di New Jersey dengan Manhattan di New York. Ada lagi terowongan Holland di sebelah selatannya yang menghubungkan kota Jersey City dengan Lower Manhattan. Sedangkan di ujung paling utara terdapat jembatan George Washington untuk mencapai wilayah Manhattan utara dari kota Fort Lee di New Jersey.

 

Dari atas jembatan Brooklyn tampak pemandangan indah di kedua wilayah di seberang-menyeberang sungai. Jembatan Brooklyn yang arsitekturnya terkesan lebih bernuansa seni jika dibandingkan dengan umumnya jembatan gantung, memang mempunyai profil penampilan agak berbeda.

 

Tiba di wilayah Brooklyn, kami lalu memutar menuju ke tepian sungai Timur dan berhenti di sebuah anjungan di tepi sungai. Di sana ada semacam dermaga tempat dimana orang-orang dapat dengan aman berdiri tepat di pinggir sungai. Berdiri menghadap ke barat dari tempat ini, tampak wilayah Manhattan di seberangnya dan jembatan Brooklyn yang membentang panjang dan tinggi di sisi kanannya. Seolah-olah sedang berada di bawah jembatan Brooklyn, meskipun tidak tepat di kolongnya.

 

Senja semakin gelap menuju malam. Temaram cahaya matahari semakin menghilang. Di kejauhan di seberang sungai Timur di wilayah Manhattan, tampak titik-titik cahaya lampu yang memancar dari gedung-gedung pencakar langit. Memberikan pesona pemandangan malam hari, berlatar belakang kerlap-kerlipnya cahaya lampu dan berlatar depan gelapnya permukaan air sungai, yang sesekali ada perahu berlalu membelah di tengah kegelapan. Pemandangan semacam ini sebenarnya bukan hal yang aneh, namun yang membedakannya dengan tempat-tempat lain karena dari tempat ini sejauh mata memandang yang tampak adalah bayangan gedung pencakar langit.

 

Sekitar pukul 10:00 malam, kami meninggalkan dermaga di bawah jembatan Brooklyn dan melanjutkan perjalanan kembali ke Manhattan. Saat kembali melintas di tengah jembatan Brooklyn, pemandangan malam hari belantara hutan beton Manhattan dengan pancaran lampu-lampunya tampak lebih jelas dari atas jembatan. Cahaya merah-kuning-biru yang memancar dari puncak menara Empire State Building juga tampak menjulang ke angkasa.

 

Akhirnya kami tiba di jalan 7th Avenue, lalu berjalan kaki kembali menuju hotel. Suasana jalan-jalan dan umumnya wilayah Manhattan di lokasi yang kami lalui masih tampak ramai meskipun tentunya tidak seramai dan sepadat saat siang hari. Paling tidak, suasana yang demikian ini membuat kami merasa aman untuk berjalan kaki bersama anak-anak menyusuri jalan-jalan penghubung menuju ke hotel.

 

Ya maklum saja, bagaimanapun juga kami tetap perlu menjaga kewaspadaan kalau mengingat bahwa tingkat keamanan kota New York yang relatif agak kurang aman terutama di malam hari jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Amerika. Tipikal kehidupan kota metropolitan yang penduduknya sangat heterogen, multi-rasial serta terdiri dari berbagai strata sosial.- (Bersambung)

 

 

Yusuf Iskandar

 

 

 

Senja di jembatan Brooklyn

 

 

 

Senja di Lower Manhattan

 

 

 

Washington Arch di washington Square Park

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]